..enter.gallery..

Forum Mahasiswa "JAKARTA 32°C" & ruangrupa, presents:
JAKARTA 32°C
at National Gallery of Indonesia
Jl. Medan Merdeka Timur, No. 14, Jakarta
16 - 23 October 2004



Start from June 2004, ruangrupa did a presentation to several universities, to meet, discuss and setting up a network, then ruangrupa and students (from 8 universities) formed a small team work to organize regular students’ presentation forum every week. This regular presentation forum runs for almost 2 months and had a very good responds from many students, because most of them didn’t find this kind of informal and open sharing and critical discussion in their campuses.
We organize a workshop with the process deal with visual propaganda of city government in public space. It was very intense and fruitful brainstorming in the workshop involving 23 students, and most of the works executions were take place in public space, resulted 19 works : mural, site specific, stickers, t-shirts, video, photography, sound, and performance art.



We can collect 131 artworks from 79 students, for the exhibition we select 43 works from 36 students.
The exhibition runs for one week and attract 1500 audiences.

Dalam project JAKARTA 32°C ini, ruangrupa bersama mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Jakarta melakukan riset melalui pendataan dan pengkoleksian karya-karya visual (desain grafis, lukis, patung, seni grafis, patung, video, mixed media, instalasi, fotografi, film dan lain-lain), yang pada akhirnya akan dipresentasikan ke publik yang lebih luas melalui pameran dengan sistem kurasi yang dilakukan secara bersama-sama antara ruangrupa dan komplotan mahasiswa.
Dengan memediasi forum mahasiswa di Jakarta, project ini juga bertujuan untuk menjadi awal terbentuknya forum atau jaringan di antara mahasiswa. Forum ini juga akan menjadi wadah dimana mahasiswa bisa berinteraksi, bertukar-pikiran dan berkolaborasi satu sama lain dari perguruan tinggi yang berbeda dan dari disiplin ilmu yang berbeda, dan diharapkan dapat menghasilkan gagasan-gagasan baru yang kritis, segar dan inovatif.



Dimulai pada bulan Juni 2004, ruangrupa melakukan presentasi dari kampus ke kampus untuk berdiskusi, meriset dan membuat jaringan kerja. Kemudian terbentuk satu tim kerja yang terdiri dari ruangrupa dan komplotan mahasiswa yang selanjutnya mengadakan pertemuan rutin setiap hari Kamis di ruangrupa sejak bulan Juli 2004.
Pertemuan rutin ini adalah bagian paling penting dalam proses kerja project JAKARTA 32°C ini. Sebagai ruang untuk memediasi mahasiswa mempresentasikan karyanya dan mendiskusikannya bersama-sama. Presentasi ini diikuti oleh mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi di Jakarta, seperti IKJ, UNJ, IISIP, Trisakti, UPH, Moestopo, Paramadina, UI, dan lain-lain, yang berlangsung sangat intens dan selalu penuh sesak dari sore hari sampai jam 11 malam.



Program Workshop yang berlangsung selama 1 bulan diikuti oleh 24 peserta, setelah sebelumnya diikuti 40 orang. Workshop ini merupakan sebuah usaha untuk melihat kembali bagaimana pesan dan tanda visual di dalam ruang-ruang kota di Jakarta telah bekerja selama ini. Diawali dengan riset yang berfokus pada pesan-pesan yang dibuat oleh pemerintah kota mengenai citra kota Jakarta dan masalah-masalah sosial lainnya, serta sejauh mana bahasa visual yang digunakan tersebut berhasil ditangkap oleh masyarakat kota yang beragam.



Selama 2 minggu pertama, hampir setiap hari, para peserta bertukar pengalaman dan pandangan tentang kota Jakarta. Masing-masing peserta membicarakan gagasan-gagasan berdasarkan pengalaman masing-masing dan bagaimana mereka melihat Jakarta. Dari brainstorming ini kemudian peserta menyampaikan pesan-pesan personalnya tentang kota Jakarta kepada publik, dari yang serius, lucu, nakal, dan bahkan sangat main-main. Karya-karya berupa mural, instalasi, sticker, foto, video, sound, t-shirt dan performance, hampir semuanya berusaha melakukan intervensi di ruang publik.



Hal yang paling menarik dari kegiatan ini adalah bukan hanya pada bagian pameran itu sendiri, tapi lebih pada melihat pertemuan, proses presentasi dan diskusi diantara para mahasiswa, pembicaraan gagasan-gagasan baru dan sejauh mana jaringan yang terbentuk ini bisa bekerja ke depannya.




Forum
The project start from June 2004, with students artworks data collection, presentation forum, and workshop.




Workshop
Workshop on Visual Communication in Public Space
6 - 30 September 2004, at ruangrupa

Schedule:

Monday, 6 September 2004 (16.00 - 20.00):
Diskusi tentang Jakarta & desain komunikasi visual

Tuesday, 7 September 2004 (16.00 - 20.00):
Diskusi karya visual di dalam kota & ide karya

Wednesday, 8 September 2004 (16.00 - 20.00):
Pengembangan ide karya & teknis kerja

Friday, 10 September 2004 (16.00 - 20.00):
Rancangan karya + teknis kerja + penempatan karya

11 - 13 September 2004:
Survey lokasi utk tempat pemasangan karya

Tuesday, 14 September 2004 (16.00 - 20.00):
Presentasi rencana kerja + lokasi utk karya

15 - 19 September 2004:
Produksi karya

Monday, 20 September 2004 (16.00 - 20.00):
Presentasi karya + eksekusi penempatan karya

21 - 28 September:
Ekseskusi karya di lapangan

Thursday, 30 September 2004 (16.00 - 20.00):
Presentasi akhir

About:

Tema yang diangkat dalam workshop ini adalah tentang kota Jakarta dan masalah-masalah visual di dalam ruang-ruang kota. Tujuan utamanya adalah untuk mengamati kembali bagaimana efektifitas dari propaganda-propaganda visual pada penataan ruang kota Jakarta yang telah dilakukan oleh pemerintah daerah. Para peserta workshop mencoba melakukan riset terhadap dampak strategi tersebut selama ini, khususnya mengenai image kota Jakarta dan masalah-masalah sosial serta sampai sejauh mana bahasa visual tersebut berhasil ditangkap oleh publik kota Jakarta yang sangat majemuk.
Proses workshop antara lain berisi diskusi-diskusi bersama antar mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa 32°C dan ruangrupa. Riset menjadi bagian yang penting dalam workshop ini sebagai acuan dasar untuk bahan diskusi dan pengaplikasian karya visual. Tahap awal workshop yaitu proses riset dan diskusi, berlangsung selama 3 minggu. Sementara proses pembuatan karya workshop berlangsung selama 2 minggu dan akan dipresentasikan pada saat pameran berlangsung.
Peserta workshop adalah mahasiswa yang terlibat dalam Forum Mahasiswa 32°C. Mereka akan mencoba membuat beberapa “pesan dan kesan” tentang kota Jakarta berdasarkan pengalaman-pengalaman visual yang mereka alami selama ini. “Pesan dan kesan” tersebut nantinya akan diaplikasikan menjadi sebuah karya visual yang ditampilkan di ruang publik.
Medium dari karya-karya tersebut antara lain dapat berupa sticker, spanduk, mural, graffiti, poster, fotografi, video, performance ataupun kemungkinan karya visual lainnya.


Artists:

Antya Purna Duhita
[Universitas Trisakti]
“Bagaimanapun, jembatan penyeberangan adalah pilihan aman dan mural ini berupa tapak kaki manusia yang berurutan dimulai dengan warna kuning lalu bercabang dua, yaitu warna hijau menuju jembatan dan warnah merah menuju jalan yang berakhir dengan sebuah TKP. Dimana 3 warna ini mengambil konsep lampu lalu lintas”

Ary Sendy
[Institut Kesenian Jakarta]
“Sebuah karya stiker dengan skala 1:1 berupa urinoir yang ditempelkan pada kampus Trisakti, Paramadina, UNJ, serta IKJ, pada titik dimana lokasi tersebut biasa menjadi tempat buang air kecil secara sembarangan oleh para penghuninya. Sebuah pengesahan ironis terhadap perilaku tersebut di ruang yang tidak seharusnya”

Arief Darmawan
[Universitas Negeri Jakarta]
Karya yang menyuarakan rumput-rumput di taman dengan balon kata dan tapak-tapak kaki yang menjelaskan arah berjalan kita yang terus-menerus menginjak rumput tersebut tanpa merawatnya.

Arief Rachman
[Universitas Negeri Jakarta]
“Salah satu contoh tulisan ‘Awas ngebut benjol’ yang kita lihat pada gang atau jalanan yang ada di komplek perumahan ini menginspirasi saya untuk mengangkat isu tersebut ke jalan raya. Media berupa stiker ditempelkan pada bagian belakang kanan kendaraan, agar pesan tersebut terlihat oleh pengendara yang berada dibelakangnya. Pemilihan desain dan tulisan pada stiker awalnya dicoba untuk bermain-main untuk menimbulkan persepsi yang lebih luas lagi, akhirnya dipilihlah desain yang ber-ikon kendaraan dan bertuliskan ‘AKU MASIH SAYANG KAMU’. Awalnya sebagai persepsi saya, ketika pengendara melihat stiker dengan gambar kendaraan yang bertuliskan “AKU MASIH SAYANG KAMU”, dapat mengingatkan si pengendara bahwa orang-orang yang berada di sekelilingnya masih sayang juga peduli dan mengharapkan si pengendara pulang dengan selamat sampai tujuan. Tetapi setelah survei dan menanyakan kepada orang tentang persepsi apa yang akan terbangun ketika dia melihat stiker dengan gambar kendaraan yang bertuliskan “AKU MASIH SAYANG KAMU”, menjadi meluas dan menimbulkan persepsi yang banyak tentang stiker tersebut. Seperti “Wah ini sih tentang polusi udara!”, “Oo ini tentang isu perundang-undangan baru”, “Yang dilarangnya motor-motor tak memasuki jalan protokol!”, “Berarti kamu masih suka naik mobil Bus Umum dibanding naik kendaraan pribadi.” Ya! “Ah ini sih stiker GOMBAL ..GOMBAL”, “Ee.. tentang kasih sayang aja, ya! “. Dan memang pada akhirnya stiker propaganda yang disampaikan pun mengandung banyak persepsi yang berbeda-beda, tergantung pemahaman dan pengetahuan publik yang melihat dan membacanya”

Ari Buy
[Institut Kesenian Jakarta]
“Ada pejalan kaki, polisi, pengurus taman kota, pegawai PLN, dan seterusnya yang saya coba representasikan sebagai sebagian kecil komponen penggerak dari kota Jakarta. Siluet figur tersebut saya tempatkan pada titik di mana seharusnya figur nyata berada. Pada perempatan lampu merah yang kosong, saya tempatkan figur siluet polisi. Juga pada taman kota yang tak terurus, atau trotoar tempat di mana pejalan kaki seharusnya berada. Figur-figur itu tersebut bisa jadi adalah saya, anda, atau mari sebut sebagai kita”

Eko Bintang
[Universitas Trisakti]
Sebuah karya stiker yang menampilkan maskot Jakarta dengan jenaka, bersama balon kata kosong yang direspon secara spontan sesuai dengan situasi dimana stiker tersebut ditempelkan. Komentar-komentar di dalamnya, berinteraksi dengan lingkungan dan kemungkinan orang-orang yang melihatnya.

Imelda V. N. H
[Universitas Trisakti]
Melihat kembali mengenai kesadaran berkendaraan dengan aman yang tidak hanya bagi si pengendara, namun juga bagi orang-orang di sekelilingnya. T-shirt dengan logo serta tulisan mengenai berkendaraan sambil bertelepon (selular), memberitakan bahaya yang mengundang resiko kecelakaan yang fatal.
T-shirt tersebut dibagikan kepada pedagang asongan di perempatan lampu merah, untuk kemudian mereka pakai dan otomatis akan dilihat oleh tiap pengendara yang melintasi lampu merah tersebut.

Inggried Asih
[Universitas Negeri Jakarta]
Sebuah postcard yang menginformasikan tentang fasilitas-fasilitas yang beroperasi selama 24 jam di Jakarta. Lalu postcard itu disebarkan secara acak, dan dibagikan secara gratis.

Kiky Sewoyo & Aditya S. Taruna
[Universitas Trisakti]
“Menggunakan helm sebagai faktor keamanan berkendaraan (roda dua) dibutuhkan sebuah kesadaran, bukan sekedar perintah. Nampaknya kesadaran tersebut belum benar-benar tumbuh. Saya mencoba menggelitik para pengguna kendaraan roda dua yang tidak menggunakan helm dengan membagikan T-shirt yang melambangkan logo ‘cinta helm’”

M. Sigit Budi S.
[Universitas Negeri Jakarta]
“Sebuah karya foto tentang image dan ikon Jakarta. Hingga saatnya berburu, “Apa sih yang ada di Jakarta, tapi di kota lain tidak ada”. Dengan berpedoman akan hal itu, saya mulai berputar-putar Jakarta, siang, malam, sore, pagi, untuk merekam apa yang menjadi ikon Jakarta”

R. Yusmario Farabi
[Institut Kesenian Jakarta]
Jembatan yang memiliki fasilitas bagi penyandang cacat (khususnya yang menggunakan kursi roda) tampak tergantikan fungsinya sebagai tempat/jalur bagi kendaraan bermotor roda dua untuk melintas di jembatan tersebut. Bisa jadi ini adalah kegagalan dari konsep rancang-bangun jembatan itu sendiri. Namun untuk menyadari bahwa fasilitas tersebut hadir bagi penyandang cacat harus tetap kita sadari. Dengan membuat mural dan instalasi kursi roda pada jembatan penyebrangan, saya bermaksud mengingatkan kembali hal tersebut.

Rege Luhur Indrastudianto
[Institut Kesenian Jakarta]
“Merupakan pengalaman suara yang mungkin sudah biasa bagi seseorang yang tinggal di kota jakarta dimana kesehariannya telah terkontaminasi oleh berbagai macam polusi, dan salah satunya adalah polusi suara, yang mengakibatkan stress yang luar biasa. Dan merupakan sebuah ironi bagi saya, bagaimana penduduk Jakarta mencoba untuk bertahan dalam keadaan tersebut”

Restoe Ratnaningtyas & Hery Billy
[Universitas Negeri Jakarta & Institut Kesenian Jakarta]
“Kami menyoroti bagaimana kemudian fungsi trotoar sebagai fasilitas yang beralih fungsi, menjadi tempat dagang, atau dilewati kendaraan beroda dua. Ia menjadi tempat yang riskan bagi pejalan kaki yang lebih berhak”

Ritchie Ned Hansel
[Institut Kesenian Jakarta]
“Lampu kota dan kemeriahan cahaya gemerlap adalah propaganda metropolitan. Bersama audio yang depresif, mitos yang berlaku mengenai Jakarta yang meriah, berbanding terbalik dengan rapuh serta absurdnya sistem yang berlaku”

RM Herwibowo
[Universitas Negeri Jakarta]
“Terlintas sebuah kalimat dalam kepala “HATI-HATI INI JAKARTA”. Sebuah kalimat yang memberikan suatu pandangan tentang kota Jakarta itu sendiri. Jakarta adalah suatu pertanyaan yang bersifat self experience dan sangat relatif dikarenakan sudut pandang masing-masing individual terhadap kondisi yang dialaminya dalam suatu wilayah.
Proses yang melelahkan disaat kalimat tersebut diterapkan keatas kertas sticker yang siap menempel di setiap pelosok-sosok kota Jakarta. bus-bus kota, boks tukang rokok, warung-warung, di pintu masuk tempat hiburan dan perbelanjaan. Mereka menyebar seolah-olah membawa pesan tersebut kepada masyarakat luas mengenai jakarta.
Segala interpretasi pun keluar mengenai Jakarta setelah melihat stiker tersebut. Tanggapan positif dan negatif pun terlontar sesuai dengan pengalaman yang dirasakan dalam kesehariannya di Jakarta. Bom, demo dan kerusuhan adalah jawaban yang sering terdengar di telinga disaat saya mempertanyakan tentang Jakarta. Apakah anda sudah merasa nyaman dan tentram hidup di kota Jakarta ini?
Selamat menikmati…”

Rowal
[Universitas Trisakti]
Produsen rokok mempunyai strategi pemasaran produk dengan menggunakan SPG (Sales Promotion Girl) untuk menyampaikan produk langsung ke tangan konsumen. Metode tersebut kemudian saya gunakan secara berlawanan. Berlaku sebagai seorang SPB (sales Promotion Boy) saya mendatangi para perokok dan menawarkan pin serta stiker yang saya buat dengan beberapa batang rokok yang mereka miliki.

Tasya P. Maulana & Maulana M. Pasha
[Universitas Paramadina & Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik]
Halte, sebuah ironi dari kegagalan sistem transportasi di Jakarta. Bagaimana kemudian kita melihat kenyataan beralih fungsinya halte, atau lebih parah terbengkalainya halte tanpa benar-benar pernah digunakan. Kami membuat papan iklan “Halte Untuk disewakan”, untuk menggambarkan bagaimana ironisnya kehadiran sebuah halte yang tidak pernah berfungsi atau difungsikan dengan baik.

Yolando Siahaya
[Universitas Trisakti]
Banyak perokok aktif yang melanggar hak publik dengan merokok sembarangan di tempat publik walau sudah terpampang larangan merokok. Maka kemudian saya mencoba membuat stiker yang bertuliskan fakta bahaya rokok dan menempelkannya pada bungkus-bungkus rokok di warung rokok, dan ditempat lainnya dengan berinteraksi langsung dengan perokok. Selain itu saya juga membuat video mengenai bahaya asap rokok bagi perokok pasif.



Opening
Saturday, 16 October 2004 (19.30)
with special performances:
- Fashion Show, by: Acid
- DJ, by: DJ Asung, DJ Kresna
- Visual, by: Kresna [IKJ], Ibong [UPH], Dibyo [UPH], Ritchie [IKJ]



Exhibition
16 October - 23 October 2004
Opening hours: 11.00 - 21.00
- Graphic Design
- Painting
- Graphic
- Installation
- Photography
- Sculpture
- Performance Art
- Video Art
- Fashion
- Comic
- etc.


Artists:

Adityo Cahyo
[Universitas Paramadina]
"Kemalangan ayam" [2004] Instalation
"Mind Reaction" [2004] Instalation

Albert Judiyanto
[Institut Kesenian Jakarta]
"Sepanjang Jalan Kenangan" [2004] Photography
"Track Line" [2004] Photography

Andi Riyanto
[Institut Kesenian Jakarta]
"Pinokio Not Clear" [2004] Instalation

Andry Hendharto
[Institut Kesenian Jakarta]
"Jalan Gue" [2004] Digital Print

AP. Bestari
[Institut Kesenian Jakarta]
"Mr. Overspeak" [2004] Drawing

Ardini
[Institut Kesenian Jakarta]
"Siapakah..." [2004] Video Documentary, 4’

Arief Rachman
[Universitas Negeri Jakarta]
"Wanita dan Helm" [2002] Hardboard Cut
"Hadap Barat! ..Graak!" [2004] Hardboard Cut

Ary Sendy
[Institut Kesenian Jakarta]
"Penting Banget" [2004] Photography

Aufa Rachmat
[Institut Kesenian Jakarta]
"Keroncong Mendayu" [2002] Video Documentary, 15’

Bona Akbar
[Universitas Trisakti]
"Love Yuko" [2004] Digital Print

Daniel Rachmad K.
[Institut Kesenian Jakarta]
"Miring Abis" [2004] Photography

Donald Terrence K.
[Institut Kesenian Jakarta]
"Silence" [2004] Video Art, 1’47"

Eko Bintang
[Universitas Trisakti]
"Together Team" [2004] Instalation

Eko Purwanto
[Institut Ilmu Sosial dan Ilmu Politik]
"Stop Kekerasan" [2003] Photography

Eric Santoso
[Universitas Pelita Harapan]
"The Ballad Of Toy Opera" [2002] Video Art
"Question Of Life" [2004] Video Art

Fachriza Jayadimansyah
[Institut Kesenian Jakarta]
"Kereta Api" [2004] Oil on Canvas

Fahmi Zamardi
[Universitas Paramadina]
"Kampanye Permainan Tradisional Anak-anak" [2004] Poster

Febry Adinda P.
[Universitas Trisakti]
"Bersih"..."Bersih" [2004] Photography

Franky W. Pangalila
[Institut Kesenian Jakarta]
"Daki Jakarta" [2004] Instalation
"I Miss My Flower" [2003] Digital Print

Gandung Bagus Amento
[Institut Kesenian Jakarta]
"Jakarta 32 Watt" [2004] Photography

Ika Sari Meliana
[Institut Kesenian Jakarta]
"Kelak Alamku" [2003] Tapestry

Irvine Prisilia
[Universitas Trisakti]
"Gerwani - Imajinasi dan Kenyataan" [2004] Digital Print

Kresna Dwi Putra Wicaksana
[Institut Kesenian Jakarta]
"Suatu Hari di Suatu Tempat" [2003] Short Film, 6’

Laurentius Agus S.
[Institut Kesenian Jakarta]
"Show Time" [2003] Oil on Canvas
"Orientasinya Uang" [2003] Oil on Canvas

Mahargyo Jati Nugroho
[STIE Perbanas]
"Supergatotkaca" [2003] Video Art, 2’

Marendra Suryaningtyas
[Institut Kesenian Jakarta]
"Toilet" [2004] Instalation

Mehdi Amrullah
[Universitas Trisakti]
"Landscape 2" [2004] Digital Print
"Landscape 3" [2004] Digital Print

MG. Pringgotono
[Universitas Negeri Jakarta]
"Need More Dream" [2004] Instalation

Ratna Dewi Melati
[Institut Kesenian Jakarta]
"For The Beauty" [2004] Fashion Design

Restoe Ratnaningtyas
[Universitas Negeri Jakarta]
"Kosong" [2004] Mix Media
"Grey Face" [2003] Mix Media

Rizky Iskandar
[Universitas Paramadina]
"Redesign Logo Kartika Chandra" [2004] Graphic Design

Ronald Qodariansyah
[Universitas Negeri Jakarta]
"The Eyes" [2004] Video Art, 15’

Syamsul Hadi
[Institut Kesenian Jakarta]
"The Specialist" [2004] Photography

Tasya P. Maulana
[Universitas Paramadina]
"Jakarta: 1 Kata" [2004] Video Art, 7’

Teamwerk Production
[Universitas indonesia]
"Utopia" [2004] Video Art, 25’




Film Screening
[Short Film, Documentary]
20 October - 22 October 2004 (16.00 - 17.30)
at discussion room, National Gallery of Indonesia

Menjadi salah satu program khusus dalam pameran; berupa sesi pemutaran karya film mahasiswa yang tergabung dalam Forum Mahasiswa 32°C. Film-film yang akan diputar telah terlebih dahulu melalui proses seleksi karya. Diskusi mengenai karya-karya film tersebut akan berlangsung setelah sesi pemutaran film.

Screening:

"Utopia" [Teamwerk Production]
Tentang tiga sahabat yang bertemu kembali dalam sebuah reuni SMA, masing-masing menyimpan mimpi-mimpi akan kesempunaan dan rahasia-rahasia yang tersembunyi…

"Suatu Hari Di Suatu Tempat" [Kresna D. Wicaksana]
Sebuah situasi. Ketika kamu menemukan sebuah handphone yang tertinggal. Dan apa yang akan kamu pilih ….ambil…jangan..ambil…jangan?

"Jakarta: 1 Kata" [Tasya P. Maulana]
Sang sutradara berkeliling, bertemu orang – orang dan meminta statement dari mereka tentang Jakarta, tapi hanya dalam satu kata.

"Keroncong Mendayu" [Aufa Rachman]
Sebuah film dokumenter tentang kelompok musik Keroncong Tugu yang bermarkas di daerah Jakarta Utara. Bagaimana mereka bisa bertahan sampai sekarang dan bagaimana terjadinya proses regenerasi diantara mereka.

"Silence" [Donald Terrence]
Silence versus Violence. Video ini bermain dengan durasi dan grafis.

"The Ballad Of Toy Opera" [Eric Santoso]
Mainan - mainan yang menari diiringi lagu klasik.

"SuperGatotkaca" [Mahargyo Jati Nugroho]
Penampilan Gatotkaca sebagai superhero masa kini yang datang menyelamatkan dunia. Digarap secara komedi dengan menggunakan gaya tutur komik.

"Siapakah..." [Ardini]
Siapakah Tuhan menurut anda?




Performance Art
Will be live performed in one day some performance art work from the students
Akan ditampilkan secara langsung dalam satu hari; beberapa karya performance dari para mahasiswa.
Friday, 22 October 2004 (19.30)



Presentation & Discussion
at National Gallery of Indonesia
18 - 20 October 2004

Program presentasi akan berlangsung pada saat pameran ‘Jakarta 32°C’; berupa presentasi hasil workshop komunikasi visual, presentasi Pameran 2 Kota GRAFMUNCRAT mahasiswa IKJ dan ISI Jogjakarta, serta diskusi film.

[divided into 3 sessions]
- Presentation Workshop Visual Communication at public space
[Presentasi Workshop Komunikasi Visual di ruang publik]
Final presentation workshop will talk about working process and the works itself.
Presentasi hasil workshop yang akan membicarakan proses kerja dan karya

Monday, 18 October 2004 (19.30)
Speaker: ruangrupa, workshop participants

- Presentation 2 Cities Exhibition GRAFMUNCRAT students of IKJ - ISI
[Presentasi Pameran 2 Kota GRAFMUNCRAT mahasiswa IKJ - ISI]
Work presentation and 2 cities exhibition by students of IKJ [Jakarta] and ISI [Jogjakarta]
Presentasi Karya dan penyelenggaraan project pameran 2 kota oleh mahasiswa-mahasiswa IKJ [Jakarta] dan ISI [Jogjakarta]
Tuesday, 19 October 2004 (19.30)
Speaker: Blangkon [ISI - Jogjakarta], Bestari [IKJ - Jakarta], Hendro Wiyanto
Moderator: Ade Darmawan

- Artist' Talk & Film Discussion
Wednesday, 20 October 2004 (19.30)
Speaker: Dennis Adhiswara, Tintin Wulia
Moderator: Dimas Jayasrana



Closing
Saturday, 23 October 2004 (19.00)
at National Gallery of Indonesia
with special performances:
- Theatre, by: Gunung Dromo
- Contemporary Poetry, by: Aa' Jim Ged vs. oomleo
- Music Performance, by: Upacara Bendera, Pemuda Elektrik, United by Haircuts, The Sastro, Black Ribbon, White Shoes and The Couples Company, That's Rockefeller

(..back..)




our.hero..:













..and also, we'd like to thank's to..: